BAB I
PENDAHULUAN
Berakhirnya perang Indocina yang
ditandai dengan jatuhnya Reziem Salgon berarti memberkan kemenangan bagi kaum
komunis.Konsep wawasan nusantara dan keinginan menjadikan Asia Tenggara sebagai
kawasan / daerah netral dan damai mulai diperbincangkan.Bahkan sempat pula
mengungkit kembali tentang teori domino dari John Foster Bulles. Yang menurut teori tersebut jatuhnya Saigon ke tangan komunis
akan diikuti jatuhnya daerah lain terutama yang saling berdekatan tetapi jika
diterapkan pada kondisi obyektif secara menyeluruh kurang mengena.
Berbicara mengenai gerakan komunis
di Indocina lebih banyak mengemukakan gerakan komunis Vietnam.Sebab justru
gerakan komunis Vietnam dengan Viet Minhnya merupakan inti kekuatan dari
gerakan-gerakan komunis yang asa dalam berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Dilihat dari segi konsepsi dan ajarannya, sebagian besar memberikan penilaian
bahwa gerakan komunis itu mengandung unsur-unsur tetapi di balik propaganda
yang manis itu sebetulnya tersembunyi maksud dan tujuan tertentu. Dalam
pahamnya kaum komunis harus dapat membentuk suatu pemerintahan yang berdasarkan
kepada paham komunisme dan sekaligus sebagai Negara komunis.
Gerakan komunis Vietnam memiliki
spesifikasi tertentu dalam berjuang mencapai cita-cita dan berkaitan erat
dengan proses perjuangan rakyat melawan penjajahan bangsa Asing. Kalau sebelum
jatuhnya benteng Dien Bcen Plu, gerakan komunis harus berperang melawan
Perancis, kemudian sesudah itu harus berhadapan dengan Amerika Serikat yang
dinilai sebagai imperialis pengganti Perancis.Amerika Serikat sebagai kekuatan
asing penopang rezim Saigon, dinilai telah menggerogoti hak-hak kemerdekaan
rakyat Vietnam.Gerakan komunis Indocina baik Lao Dong, Rate4t Lao, Khmer Merah
sebagai kaki tangan imperialism.Perjuangan ini tidak sia-sia pada bulan April
1975 merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan politik di Asia Tenggara.
Dalam laporan tahunan International
Insitute for Strategis Studies dalam strategic survey 1976, diterangkan bahwa
sejak jatuhnya rezim saigon sampai perkembangan dewasa ini belum ada suatu
prospek hari depan yang jelas mengenai kawasan Asia Tenggara dan menyatakan
bahwa pergeseran kekuatan ke Vietnam, masalah-masalah ekonomi yang meningkat
serta tidak adanya identitas yang mantab bagi Asia Tenggara, berarti terbukanya
suatu jangka waktu baru yang sulituntuk diramalkan.
Satu hal lagi yang perlu dicatat
adalah masalah perkembangan dunia dewasa ini yang ditandai dengan dominasi
negara-negara super power minimal peranan mereka sangat menentukan. Asia
Tenggara akan mengalami pengaruh dari kekuatan ekonomi dan politik yang
bersumber pada kepentingan negara besar yang memiliki peranan di Asia Pasifik
dan Asia Tenggara. Masalah Kamboja ternyata merupakan sumber konflik Indocina
dan ASEAN.Konflik ini secara mendasar telah mempengaruhi politik Asia Tenggara
untuk masa yang sulit diramalkan.
BAB II
VIETNAM DALAM PERANG KEMERDEKAAN
- Hubungan Dengan Komintern
Gerakan kemerdekaan Vietnam
sebenarnya sudah ada sejak jaman kuno makuno yang diperuncing dengan politik
colonial Perancis yang kaku dan tidak kenal peri keadilan. Ini semua akibat
dari taktik dan politik devide at rule Perancis yang sudah memecah belah daerah
Vietnam menjadi tiga bagian.
Di Vietnam ada 2 kelompok pejuang
melawan Perancis yaitu kelompok nasionalis dan kaum komunis yang keduanya ini
sulit bersatu.Dan akhirnya komunis berhasil memegang posisi kursi dalam
memimpin rakyat untuk berjuang melawan kaum penjajah.Dalam permulaan manifesto
komunis, Mark secara tegas menjelaskan bahwa sejarah dari seluruh masyarakat
yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas. Menurut teori
tersebut fungsi pemerintahan akan hilang bahkan fungsi birokrasi sebagai
keseluruhan tidak diperlukan, sebab pada situasi dan kondisi semacam itu segala
fungsi produksi, distribusi komunikasitransportasi, dll telah dikuasai oleh
community. Diterangkan bahwa untuk meraih tujuan komunis harus ditempuh dengan
mengadakan revolusi yang disertai kekuatan fisik.Sesuai dengan doktrin Lenin
yang menetapkan bahwa “perang” merupakan salah satu penyelesaian politik.
Ho Chi Minh sebagai pemimpin gerakan
komunis di Vietnam.Pada tahun 1922 Ho Chi Minh untuk pertama kalinya
mengunjungi Moskow sebagai delegasi dalam konggres ke-4 komunis Internasional
(Komintern). Tahun 1923 kembali kesana untuk memghadiri konggres Tani
Internasional dan terpilih sebagai anggota dari komisi ekskutif dari
organisasi tersebut. Dalam kesempatan ini ia berhasil mendalami pengetahuan
tentang marxisme dan leninisme.
Dengan demikian gerakan komunis
Vietnam yang memimpin perjuangan kemerdekaan Vietnam, ternyata tidak bias
dilepaskan dari komintern. Sebab dalam komintern inilah segala kegiatan dan
jarring-jaring komunis seluruh dunia diatur. Komintern yang didirikan oleh
lenin pada tahun 1919 betul-betul merupakan kubu yang sangat berfungsi dan
banyak memberi bantuan komunis dari tiap-tiap negara yang sedang bergolak
menuntut kemerdekaan.
Komintern hingga waktu sekarang
walau sudah berganti gaya, namun masih belum rela mengendorkan kegiatan supervensinya
di negara-negara lain.Jaringan-jaringan komintern akan selalu bermuka dua. Ia
akan memperlihatkan wajah bersahabat dengannpemerintah yang bersangkutan akan
tetapi diam-diam ia juga membiayai dan mengatur gerakan di bawah tanah, dengan
target mengkomuniskan pemerintahn yang belum komunis.
Selanjutnya pada tanggal 3 Februari
1930, setelah kelompok-kelompok gerakan komunis disatukan oleh Ho Chi Minh,
berdirilah partai komunis Vietnam, yag oleh umum dikenal sebagai partai Komunis
Indocina. Partai komunis Vietnam ini merumuskan tujuan revolusi perjuangan yang
hendak dicapai terdiri dari 10 point. Tiga point pokok yang penting adalah :
- Melawan Imperialisme Perancis, feodalisme dan kaum reaksioner klas kapitalis Vietnam.
- Membentuk Negara Vietnam yang merdeka secara utuh.
- Mendirikan suatu pemerintahan yang terdiri dari kaum buruh, petani dan militer.
- Masa Viet Minh
Situasi menjelang PD II di
kawasan Asia Timur sangat kritis yang disebabkan Jepang semakin ekspansionis.
Dapat dilihat bahwa tahun 1932 ia sudah berhasil mendirikan Negara boneka
Manstukuo, setelah berhasil mengalahkan kekuatan Cina. Kemudian tahun 1937
perang meletus kembali antara Jepang dan Cina yag diawali dengan insiden
jembatan Marco Polo. Kekuatan Jepang yang agresif telah menjalar di
Negara-negara Asia lain. Sementara itu kekuatan Inggris dan Perancis menjadi
lemah karena tenaga nya baru dikerahkan ke Eropa.Kesempatan ini dipergunakan
oleh Jepang untuk menduduki daerah-daerah jajahan Inggris dan Perancis, tidak
terkecuali daerah Indocina.Dalam suasana pergeseran kekuatan antara Jepang dan
Perancis di Indocina, gerakan komunis tetap aktif menilai situasi dan berusaha
konsolidasi organisasi.Komunis sadar bahwa gerakannya belum mampu untuk bekerja
sendirian melawan kekuatan Jepang dan Perancis. Taktik komunis sangat
licik , tak mau menghargai jasa orang lain.
Dalam konggres 19 Mei 1941, kaum
komunis mengundang wakil-wakil dari pemuda dan golongan nasionalis dengan hasil
terbentuknya suatu wadah bersama sebagai Liga Kemerdekaan Vietnam yang diberi
namaViet-Nam Doc Lap Dong Minh, yang kemudian lebih popular dengan nama Viet
Mint.Yang mempunyai tujuan ingin melenyapkan dominasi Perancis dan
kekuasaan Jepang di Vietnam.Secara formal Viet Minh merupakan Liga Kemerdekaan
yang terdiri dari berbagai golongan, tetapi secara material organisasi itu
didominasi kaum komunis.
Agustus 1945 Jepang menderita
kekalahan atas sekutu, kedudukannya di Vietnam menjadi berantakan sebaliknya
posisi Viet Minh semakin kuat. Tanggal 25 Agustus 1945 Bao Dai (raja ciptaan
Jepang) terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada Ho Chi Minh. Dalam keadaan ini
dipergunakan sebaik-baiknya oleh Viet Minh yang akhirnya pada tanggal 2
September 1945 Ho Chi Minh mengumumkan kemerdekaan Vietnam dengan sebutan
Republik Demokrasi Vietnam berpusat di Hanoi.
Setelah PD II berakhir Perancis atas
dukungan Inggris berhasil menduduki Indocina kembali.Bagi Vietnam ini merupakan
tantangan untuk yang kesekian kalinya.Tahun 1946 perang kemerdekaan Vietnam
untuk babag berikutnya tidak dapat dihindarkan. Muali tahun 1947,pasukan
Perancis berhasil memukul tentang Viet Minh di beberapa daerah, sehingga banyak
tentara Viet Minh yang mundur ke daerah pedesaan. Tetapi tahun 1949
kekuatan Viet Minh sudah mulai meningkat.Tahun 1950, Viat Minh melakukan perlawanan
dan terror terhadap kekuatan musuh. Mereka bergerak dan berhasil menguasai
daerah-daerah pedalaman sedang Perancis terbatas di daerah kota. Untuk
membangkitkan semangat tahun 1951 Partai komunis yang sudah dibekukan sejak
1945, dibentuk kembali dengan nama partai Buruh atau Dong Lao Dong.
- Jatuhnya Benteng Dien Bien Phu dan Perjanjian Jenewa 1954
Dien Bien Phu merupakan tempat
strategiskarena dapat dan tepat untuk pangkalan infantri dan pangkalan angkatan
udara yang efisien.Dien Bien Phu direbut Perancis mulai 20 November 195,
setelah Perancis di bawah komando Jendral Navarre mendatangkan bala bantuan
dari Jerman Barat, Afrika Utara dan Korea.
Ditinjau dari segi kualitas,
Perancis memiliki pasukan yang cukup banyak.Navarre hanya terbuai pada lamunan
power yang dimilikinya.Ia tidak memperhatikan kekuatan musuh dan tidak mau
memandang masyarakat Vietnam secara integral, bahkan meremehkannya. Kelemahan
dan keteledoran Perancis digunakan oleh Jenderal Vo Nguyen Giap untuk melakukan
tingkat terakhir dari perang gerilya. Perang gerilya itu adalah persiapan
konvensional, yag dilakukan jika waktunya telah tiba. Hal ini dapat dilihat
dalam persiapan penggempuran benteng Dien Bien Phu.
Posisi Perancis ternyata semakin
terdesak, walaupun pemimpinnya selalu memberikan dorongan.Viet Minh telah
berhasil menduduki dua pertiga daerah Vietnam sebelah utara.Keadaan semacam ini
mendorong Blok Barat untuk melakukan perundingan.
Pada tanggal 25 April 1954, dalam
situasi kegoncangan di Vietnam, di bukalah konferensi Jenewa yang dihadiri oleh
Perancis, Republik Demokrasi Vietnam, Kamboja. Laos, RRC, Inggris, Amerika
Serikat, Rusia, Korea Utara, dan Selatan. Konferensi ini membahas keseluruhan
masalah Korea dan Vietnam.Sementata serangan tentara Viet Minh betul
mengagumkan.Serdadu Perancis di bikin kocar-kacir.Yang akhirnya 7 Mei 1954
pertempuran berakhir dengan kemenangan pihak Viet Minh. Kemenangan pasukan Viet
M Inh di Dien Bien Phu, telah mempercepat proses perjanjian Jenewa. Pada
tanggal 20 Juli 1954 konferensi mencapai persetujuan dengan menghasilkan
keputusan terdiri dari enam bab, 47pasal.
Menilai tentang isi perjanjian
Jenewa ternyata bukan suatu finis.Justru ketentuan itu melahirkan dua Negara
Vietnam (Republik Demokrasi Vietnam di Utara dan Republik Vietnam di Selatan)
yang masing masing mempunyai perbedaan pandangan ideology serta tingkah
politiknya.
BAB III
KETERLIBATAN AMERIKA
- Containment Policy
Salah satu perkrmbangan setelah
berakhirnya PD II yaitu adanya pertentangan antara ideology komunis dan
demokrasi liberal. Berdirinya Negara komunis di Cina ternyata akan mempengaruhi
perkrmbangan dunia, khususnya Asia Tenggara. Uni Soviet sebagai salah satu
Negara pemenang dalam PD II dengan cepat menggunakan dan menciptakan peluang
untuk memperbesar pengaruhnya baik di barat, timur maupun ke sekatan.
Mode perkembnagan ini jelas mengelisahkan Barat pimpinan Amerika
Serikat,sehingga Amerika Serikat merasa berkewajiban untuk mencegah
berkembangnya gerakan komunis. Maka disusunlah kemudian strategi politik global
nya yang dikenal dengan istilah Containment policy, yang berarti suatu politik
bwetujuan mencegah berkembangnya pengaruh suatu Negara atau suatu sisitem
politik dari pihak lawan agar pengaruh komunisme tidak meluas maka dibentuklah
NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada 1949 bertujuan membendung
komunis mulai dari Eropa Utara sam[ai ke Turki dan Yunani. Nato 1958 diubah
menjadi CENTO (Central Treaty Organization).
Di kawasan Asia Tenggara, berkat RRC
komunisme berkembang dan semakin meningkat.Penanaman pengaruh komunis di dorong
oleh factor geografis dan kekayaan alam Asia Tenggara dalam rangka memperkokoh
posisi ekonominyasnya di pencaturan Internasional. 7 Mei 1954 Dcen Bien Phu
yang merupakan benteng pertahanan Perancis jatuh ke tangan tentara Viet Minth
yang berrati kekalahan total di pihak Perancis dan pihak komunis memperoleh
kemenangan yang cukup gemilang.
Pembagian Vietnam menjadi dua bagian
justru memperdalam jurang pertentangan antara kedua belah pihak yang
masing-masing mendatangkan campur tangan asing.Vietnam Utara sebagai Negara
komunis mendapat pengaruh dari RRC dan Rusia. DDC memandang Amerika Serikat
sebagai penghalang dalam melaksanakan dasar dan tujuan politik luar negerinya,
sebaliknya Amerika Serikat menilai RRC sebagai bahaya ekspansionis yang mau
tidak mau akan menjadi penghalang bagi kepentingan Amerika Serikat di Asia
Tenggara. Strategi politik luar negeri containment policy oleh Eisenhower dan
Dulles dipertegas dengan mendekritkan teori dengan nama “domino theory”. Nama
ini berdasarkan pada suatu ilusi dari presiden Esien Hower, yang mengumpamakan
pencaturan politik disamakan dengan permainan kartu (domino).Yang dianggap
kartu domino adalah Negara Negara Asia Tenggara. Dengan menyaksikan jatuhnya
kamboja secara beruntun, akan menambah keyakinan tentang kebenaran teori
tersebut, tetapi sebenarnya bukanlah karena kebenaran teori domino, tetapi
kondisi yang saling mempengaruhi. Menanggapi kekurang kritisan Asemrika Serikat
ini maka Harvey Stckwin memberikan analisi serta kesimpulan bahwa teori domino
hanyalah untuk menakut-nakuti Negara-negara Asia Tenggara akan adanya bahaya
komunis.
Contaiment policy disebut juga containment of communism,
suatu doktrin yang menguasai alam pikiran pemerintahan Truman dalam Eisenhower.
Keterlibatan Amerika Serikat di Vietnam Selatan santa tepat,
sebab say itu Vietnam selatan sangat lemah akibat perang kemerdekaan.Kekuatan
Amerika Serikat sangat mendominasi kekuatan Vietnam Selatan, bahkan dibentuk
pasukan Colletive Deference.Tetapi perkembangan itu justru merusak citra
Amerika Serikat di mata Internasional.
- Kegagalan Politik Amerika
Keterlibatan Ameriak Serikat di Vietnam khususnya dan Asia
Tenggara umumnya bertujuan untuk mencegah pengaruh Uni Soviet dan ekspansi Cina
Komunis ke Asia Tenggara.Musuh utama adalah komunisme. Empat persoalan sebagai
kekeliruan yang membawa Amerika Serikat di Vietnam (Pernyataan Toynbee):
- Asumsi Amerika Serikat yang keliru tentang Ho Chi Minh dan rakyat Vietnam. Pandangan Amerika Serikat kurang tajam. Seakan-akan komunis Ho smaa dengan komunis Mao bahkan berkiblat pada peking.
- Cina adala musuh tradisional Vietnam. Ras Vietnam berasal dari Cina Selatan, rakyat Vietnam bersifat radikal dan militan.
- Intervansi Amerika di Vietnam telah memaksa Negara itu dekat dengan rezim Peking. Amerika Serikat mulanya menentang dominasi Cina, maka perasaan Anti cina tidak pernah lenyap dari hati sebagian besar rakyat Vietnam. Hal ini kurang dipahami Amerika Serikat.
- Dua pandangan yang berlawanan dalam menilai perang Vietnam. Akibat perbedaan motif perang Vietnam antara Vietnam dan Amerika Serikat telah menyeret perhatian dunia, tetapi disadari bahwa tindakan Amerika Serikat didasarkan atas pendangan geopolitik yang rapuh, antruisme yang naïf. Perjanjian Paris tahun 1973 adalah pengakuan statement tersebut.
BAB IV
DRAMA DI PANGGUNG SAIGON
- Lahir Viet Cong
Tahun 1960 di Vietnam Selatan muncul
gerakan FPNVS (Front Pembahasan Nasional Vietnam Selatan) atau Viet Cong yang
bertujuan untuk melawan rezim Saigon dan imperialis Amerika, menciptakan
Vietnam Selatan yang sempurna, Netral, bebas dari campur tangan asing, ingin
mempersatukan seluruh Vietnam dan ingin memperbaiki kehidupan social ekonomi
yang dimanifestasikan melalui revolusi social. Dengan menamakan gerakannya
sebagai perang kemerdekaan, Viet Cong banyak menarik minat masyarakat.
Tanggal 8 Juni 1969 Viet Cong
mengadakan pertemuan yang hasil pokoknya adalah pembentukan pemerintahan
sendiri yang diberi nama Pemerintahan Sementara Revolusioner Vietnam Selatan
(PSRVS) yang selanjutnya disebut “ Pemerintahan Sementara” yng diumumkan secara
resmi 9 Juni 1969. Ini merupakan kelanjutan dari strategi perjuangan Viet Cong
untuk menantang rezim Saigon yang posisi rezim Saigon pada saat itu terancam.
2.
Kepemimpinan Saigon
Rezim Saigon tidak akan bertahan
tanpa kehadiran pihak asing. Program dan tujuan Viet Cong untuk melancarkan
revolusi social semakin dapat sokongan rakyat cukup menggelisahkan
pemimpin-pemimpin Saigon.Rezim Saigon dipandang sebagai boneka Amerika
yangdapat mentelantarkan rakyat.Akibat dari sifat anti colonial di kalangan
rakyat Vietnam rezim-rezim Saigon ini dipandangnya sebagai penguasa yang tidak
sah.Sebab hanya sebagai alat pihak asing.Distribusi kekuasaan diantara keluarga
mungkin dimaksudkan untuk keamanan rezimnya, tetapi justru menimbulkan efek
politis dan psikologis yang amat negative. Orang berpendapat bahwa dalam kultur
politik Vietnam Selatan, system korupsi yang sangat meluas itu tidak saja
menunjukkan bahwa tokoh-tokoh militer dan sipil secara pribadi adalah lemah dan
tak patutu dihormati, tetapi juga pemerintahan betapapun “stabil” terlihat pada
permukaannya, dipandang tak punya kepercayaan pada dirinya sendiri dan tak
mungkin bertahan lama. Kultur dan gaya hidup korup dari penguasa pemerintahan
tersebut tidak dapat dipisahkan dari power yang dimiliki rezim Ngunyen Van
Thieu. Setelah kekuasaan (power) terkontrol perlu disertai tanggung jawab atas
amanat penderitaan rakyat.Sebab pada hakekatnya power adalah tumpukan kekuatan
atau kekuasaan politik yang dapat dipandang sebagai suatu fenomena social yang
cukup mengkhawatirkan.
Disamping gaya hidup yang korup dan
manja, rezim Saigon dipandang telah meninggalkan landasan nilai-nilai tradisi
kemasyarakatan yang beru[a nilai-nilai luhur. Perang Vietnam adala suatu
pertunjukan maut yang berlangsung selama 30 tahun ditambah lagi oleh konflik
dalam negeri telah merubah wajah sebagian besar masyarakat Vietnam, terutama
didaerah perkotaan di selatan, menjadi satu masyarakat yang dikuasai para
pencuri, pedangang-pedangang lancing dan para pegawai yang malas dan korup.
Kehancuran di bidang akhlak selama pendudukan Amerika Serikat antara lain
pertambahan mencolok angka perempuan pelacur dan pelayan bar.
3.
Akhir Sebuah Lakon
Bulan April 1975 Perang
Vietnam memasuki babak terakhir. Amerika Serikat berencana untuk mengundurkan
diri dari Vietnam.Dua strategi yang yang ditempuh untuk menghadapi rencana
tersebut. Pertama, memperlambat proses pengunduran diri diri Amerika dari
Vietnam. Kedua, memperketat kekuasaannya atas aparat politik Vietnam Selatan.
Memang pada waktu itu bantuan
Amerika Serikat terhadap Vietnam Selatan seret dan tersendat-sendat.Hal ini
disebabkan santernya kritik yang sudah muak dengan perang Vietnam, ditambah
lagi embargo minyak Arab.Hasrat bertempur bagi tentara Saigon semakin pudar,
semangat perang antara Thieu tinggallah didorong oleh ambisi yang kosong.Beban
tanggung jawab yang dipikul rezim Saigon semakin berat.Sebab disamping
menanggung biaya perang juga harus menghidupi para pengungsi yang semakin hari
semakin meningkat.Keadaan ini telah mengantarkan kejatuhan rezim Saigon secara
drastis.Temponya hanyalah 2 tahun 3 bulan setelah persetujuan PParis 1973,
rezim Saigon menyerah tanpa syarat.
Perubahan politik Vietnam dan Khmer
bulan April 1975 menjadi sangat cepat. Pada 17 April Phnom Phen jatuh, 21 April
Thieumeletakkan jabatan setelah ia memaki-maki Amerika Serikat yang dikatakan
mengkhianatinya dan mengutuk persetujuan. Pada buulan April 1975,
berakhirlah sebuah lakon dipanggung sejarah Asia Tenggara. Lakon seterusnya
apakah senjata seharga jutaan dolar akan dipakai untuk berperang antara Vietnam
dan Khmer, walaupun sama-sama dipimpin rezim komunis. Yang terang adalah antara
suku Vietnam dan suku Khmer pada masa lampau memang tak pernah akur. Bahkan
jika Perancis tak dating pada abad 18-19, mungkin suku khmer telah ditelan
Vietnam. Dan ternyata benar bahwa hamper tiga tahunan Vietnam melalap Kamboja
dengan menampilkan Heng Samrin.
4.
Impak Persetujuan Paris 1973
Ho Chi Minh mempunyai keyakinan yang
kuat bahwa Vietnam pada suatu hari akan merupakan suatu negara yang tidak
terpisah. Persetujuan Genewa 1954 yang membelah Vietnam menjadi dua daerah
kekuasaan dengan garis parallel 17 tidak pernah dipercayai Ho Chi Minh sebagai
garis batas yang abadi. Pada 27 Januari 1973 ditandatanganilah
persetujuan Paris oleh Amerika Serikat, Vietnam Utara, Vietnam Selatan dan Viet
Cong. Persetujuan itu menegaskan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari
Vietnam dan semua tawanan perang Amerika disana dibebaskan. Bagi komunis
Vietnam persetujuan itu benar-benar melegakan karena rezim Saigon tanpa bantuan
Amerika Serikat tidak mungkin menang perang. Tujuan untuk menguasai seluruh
Vietnam tidak pernah dilepaskan oleh penerus-penerus cita-cita Ho Chi Minh
.Dengan jatuhnya rezim Saigon kemudian ternyata kepemimpinan Vietnam yang
dimaksud berjaloan efektif. Dapat dikatakan bahwa impak yang sangat menonjol
dari persetujuan Paris 1973 ialah keruntuhan rezim Saigon dan cepatnya proses
penyatuan Vietnam dibawah Hanoi.
Menurut Jendral Clansewitz dalam
dalil strategi mengatakan bahwa dalam perang Vietnam yang salah adalah
politiknya, politik yang mendasari strategi yaitu politik Amerika Serikat yang
mencampuri urusan dalam negeri Vietnam Selatan untuk membela suatu rezim anti
komunis, yang kenyataannya otokrat, korup, dan tidak didukung oleh rakyat. Maka
ditinjau secara ideologis, kelompok-kelompok non komunis yang diwarisi oleh
kaum colonial, ternyata tidak bisa merembes sampai keakarnya (rakyat), sehingga
terpaksa mengalami kegagalan dalam bersaing dengan komunisme.
Sebagai realisasi langkah kearah
reunifikasi ini maka wakil-wakil Vietnam Utara di bawah pimpinan Truong Chind
denganwakil-wakil Vietnam Selatan di bawah Pham Hung. Pertemuan dilakukan di
Saigon yang menghasilkan tiga keputusan. Dan sebagai kelanjutan dari
reunifikasi ini, tanggal 25 April 1976 diselenggarakan pemilihan umum anggpta
Majelis Nasional Vietnam, yang memilih wakil-waklinya sebanyak 492 kursi. Dua
bulan setelah itu terbentuklah Republik Sosialis Vietnam, dengan Hanoi sebagai
ibu kotanya.
BAB V
KONSULIDASI NEGARA INDOCINA, ASEAN
DAN KRISTALISASI NEGARA-NEGARA INDOCINA
- Rencana Hanoi
Rezim komunis yang berkuasa di
Vietnam akan resolusi ke negara-negara tetangga. Ini merupakan cara yang
ditempuh oleh rezim komunis, yaitu untuk mengkomuniskan yang komunis. Hal ini
didukung oleh keadaan sendiri, baik politik maupun ekonomi yang sangat
berpengaruh di Asia Tenggara.Selanjutnya pernah dikeluarkan Hanoi Blue Print.
Ada tiga poin penting dalam Hanoi Blue Print yaitu:
- Konsilidasi antara Vietnam utara dan selatan. Menjadikan Vietnam satu bangsa yang bulat dan kokoh memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini sudah direalisasikan setelah diadakan pemilu 25 April 1976.
- Menjadikan Hanoi sebagai satu-satunya kekuatan atau Laos dan Kamboja yang merupakan dua negara komunis, tetapi memiliki orientasi yang berbeda. Dengan pasal itu Vietnam saling berjuang untuk mempersatukan antara Laos dan Kamboja dibawah pengakuan Hanoi.
- Memperluas pengaruh kekuasaan baik politik maupun ekonomi atas seluruh wilayah Asia Tenggara untuk perlu menempuh jalan subversi dengan membantu rencana militer terhadap setiap perjuangan di daerah-daerah lain.
Untuk melaksanakan cita-citanya
terdapat tiga alternative untuk mengkonsilidasi kekuatan di Indocina. Pertama
adalah penyatuan Vietnam, Kamboja, dan Laos dengan Hanoi sebagai pusatnya.
Kedua, bentu federasi ketiga negara tersebut dengan Hanoi sebagi pusatnya. Dan
ketiga sebagai bentuk kerja sama negara-negara Indocina sebagai yang dikehendaki
oleh pihak Hanoi, Vietnam mengingikan ide yang pertama, hal ini disesuaikan
dengan cita-cita yang telah digagaskan oleh Ho chi Minh independen and unty
Ide dasar penyatuan federasi tersebut, membuat pergeseran
kekuatan di Kamboja dipimpin oleh Khamer merah menolak ajakan Vietnam untuk
menggunakan pasukan militer di Kamboja dan hasilnya khmer merah pimpinan polpot
digantikan oleh Heng Samrin sebagai penguasa di Kamboja. Lagi-lagi di Kamboja
dijadikan bumper zone untuk melindungi Vietnam dari serangan sebelah barat.Ini
merupakan tandingan dari Strategi global RRC yang dinilai sebagai musuh
bebuyutan dari Vietnam.Selain itu Vietnam juga harus menghadapi AS yang
dianggap batu sandungan.
2.
Pergeseran kekuasaan
Adanya Blue Print Hanoi, membuat
Vietnam utara terus berjuang mengkomuniskan dan membawa ke orbit Hanoi. Dalam
merealisasikan cita-citanya, ia menghancurkan segala musuhnya. Vietnam selatan
merupakan benteng terkuat dari rezim non komunis di indocina.Tak luput dari
serangan Vietnam Utara.Tahun 1975-1976, secara defakto dan dejure Vietnam
selatan dapat dipersatukan dengan Vietnam Utara sebagai suatu Republik sosialis
yang sangat kuat.
Pergeseran kekuasaaan di Saigon dan
bersatunya Vietnam memberi dampak terhadap peta politik di kawasan Indocina
khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.Indocina berubah menjadi daerah
komunis. Menaggapi jatuhnya Indocina ketangan Komunis, Simatupang, mengeluarkan
pendapat bahwa dalam jangka 25 tahun mendatang Asia Tenggara akan mengalami
kemungkinan sebagai berkut ;
- Satu persatu negara Asia Tenggara itu akanmenjadi Komunis sesuai dengan teori domino,
- Akan ada dua blok di Asia Tenggara yang saling berhadapan,
- Tidak akan ada stabilisasi di setiap negara Asia Tenggara di dalam ataupun Asia Tenggara secara keseluruhan,
- Seluruh negara Asia Tenggara akan jatuh dalam satu hegemoni besar, dan
- Akan ada stabilisasi di masing-msaing negara, hingga terbentuk perdamaian.
Dari kelima kemungkinan tersebut,
ternyata kemungkinan kedua sudah mulai menampakkan hasilnya.Ada persaingan
antara kelompok Komunis dan negara-negara ASEAN.Hal ini dipekuat dengan konteks
hubungan antara kedua keolmpok dengan negara-negara super powers.Indocina lebih
dekat dengan Rusia, sedangkan negara-negara ASEAN lebih deknat dengan Amerika
Serikat.
- Laos
Seperti negara-negara Indocina
lainnya, Laos juga pernah mengalami penjajahan Prancis. Tiga orang pangerang
yang terkenal memimpin perjauangan melawan penjajah adalah Pangeran Sauvanna
Phoma, Pangeran Souphanavong, dan Pangeran Oune Sananikone.Pangeran
Souphanavong lebih banyak betrkenalan dengan paham sosialisme dan menjalin
hubungan dengan Ho Chi Minh dan dikenal sebagai pemimpin kelompok
Kiri.Sebalaiknya Pengeran Oune Sananikone lebih dekat dengan Muangthai dikenal
sebagai pemimpin beraliran Kanan atau Nasionalis.Sedangkan Saouvana Phoma lebih
memilih jalan tengah. Ketiganya memiliki pandangan sendiri-sendiri, perpecahan
antar pemimpin tersebut semakin menajam ketika Souphanavong berserta Phatet
Laonya dengan bantuan tentara Vietminh terus melancarkan serangan dan
memperluas daerah pengaruh, sementara golongan kanan yang nasioanalis semakin
kayak arena bantuan Amerika Serikat.
Perdana Menteri Laos diduduki oleh
Souvana Phoma, dan terus berusaha membentuk koalisi dengan Souphanavong. Pada
tanggal 2 Februari 1973 mereka mengadakan perjanjain damai, hal ini menimbulkan
banyak reaksi, dan golongan yang mendukung nasionalis menuduh bahwa Phoma telah
menjual Laos kepada orang-orang Komunis.
Akhir tahun 1975 komunis Phatet Lao
berhasil menguasai dan mengendalikan Laos. Tetapi pemerintahan ini menghadapi
masalah baru, Laos tidak memiliki daerah pantai sebgai pelabuhan, dan
sebelumnya jalan lalu lintas perekonomian melewati Muangthai. Kedua negara ini
saling bersahabat sebelum Phatet Lao berkuasa. Tetapi hubungan ini semakin
memburuk ketika Laos jatuh ketangan Komunis, karena Muangthai mengambil Policy
Anti Komunis. Masalah lain yang dihadapi Laos adalah tidak dimilikinya
tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman diberbagai bidang, karena banyak tenaga
ahli yang lari ke Muangthai.
Dalam kesempatan seperti itu,
Vietnam muncul untuk memberikan bantuan kepada laos sekaligus untuk memeprluas
pengaruhnya. Tanggal 18 Juli 1979 telah ditandatangani deklarsi bersama ketika
PM Pham Van Dong, Sekjen Partai Komunis Vietnam Le Duan, dan Wakil Menteri
Pertahanan LetJend Chu Huy Man berkunjung ke Vientiene ibukota Laos. Isi
deklarasi tersebut adalah :
- Persetujuan Militer, artinya Laos akan dibela oleh Vietnam menghadapi ancaman dari luar.
- Persetujuan ekonomi, hal ini berarti Laos mengekspor produksinya tidak lagi melalui Muangthai, tetapi melalui pelabuahn Danang di Vietnam bagian selatan dan diangkut ke danang melalui darat dengan peralatan modern.
- Mengenai ASEAN, kedua belah pihak (Vietnam dan Laos) mengutuk keras usaha-usaha AS yang mempergunakan ASEAN untuk menentang arus ke arah kemerdekaan sejati, perdamaian, serta kenetralan di kawasan Asia Tenggara. Keduanya sepakat bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh para penguasa negara-negara ASEAN guna memperkuat persekutuan militer bilateral antara AS dan Negara anggota ASEAN dengan papan Anti Komunis, yang berarti akan mengubah ASEAN menjadi persekutuan militer secara de fakto.
Kunjungan delegasi Vietnam ke Laos
yang melahirkan persetujuan dami itu, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh
rezim Hanoi di kawasan Indocina. Tetapi bagi rezim Hanoi tidak cukup luas
sampai di Laos, kamboja masih mereupakan masalah yang harus diselesaikan.
2.
Kamboja
Tahun 1970 merupakan tanggal yang
bersejarah bagi nasyarakat Kamboja, karena terjadi pergantian kekuasaan dan
sekaligus telah membawa perubahan bentuk negara dari kerajaan menjadi republik.
Rezim Khmer Merah di bawah pimpinan
Pol Pot dikenal sebagai rezim yang kaku, keras, brutal dan banyak memusuhi
rakyat sendri.Keadaan tersebut mengundang rasa tidak puas di kalangan
masyarakat.Tanggal 3 desember 1978 terbentuklah suatu gerakan pemebebasan yang
disebut “Front Persatuan Penyelamatan Rakyat Kamboja” yang selanjutnya
dinamakan KNUFNS.Gerakan KNUFNS dipimpin oleh Heng Samrin dan didukung pleh
pihak Vietnam. Dengan dukungan tentara Vietnam, tanggal 7 Januari 1979 gerakan
KNUFNS berhasil merebut Pnom Penh dan sekaligus menggulingkan rezim Pol pot.
ASEAN
ASEAN adalah merupakan
pengelompokkan yang bersifat Sub regional dari negara-negara:
Indonesia,Singapura, Malaysia, Muangthai, dan Filiphina. Organisasi ini
didirikan atas deklarsi Bangkok tanggal 8 Agustus 1957.Para pemimpin
negara-negara ASEAN memandang perserikatan itu sebagai sarana terbaik untuk
mempertahankan ketahanan nasional maupun regioanal dari arus pengaruh
negara-negara super power.
Sejak tahun 1971 negara-negara
anggota ASEAN mendukung konsep wawasan damai, bebas dan netral di Asia Tenggara
(Zone of Peace, Freedom and Neutrality in South East Asia) atau sering
di sebut ZOPFAN. Selanjutnya pada periode tahun 1973-1974 terjadi gelombang
inflasi dan resesi kemudian melanda seluruh dunia.Hal ini cukup berpengaruh
terhadap perkembangan ASEAN terutama yang menyangkut soal ekonomi.Tahun 1975
Vietnam memperoleh kemenangan, hal ini semakin mendesak untuk memperkokoh
kerjasama antar negara-negara ASEAN.
Memasuki ulang tahunnya yang ke-9,
ASEAN memulai babagan baru, tahun 1976 untuk pertama kali diselenggarakan
pertemuan kepala-kepala pemerintahan dari negara-negara anggota ASEAN dalam
suatu KTT di Bali. Hal ini merupakan tahap baru dari aktivitas
ASEAN.Oraganisasi ini berusaha mendemonstrasikan solidaritas dari berbagai
bidang termasuk upaya tehadap solidaritas politik.Solidaritas semakin mantap
setelah disusul dengan KTT yang kedua tahun 1977 di Kualalumpur.Hasil dari KTT
ini adalah pernyataan bersama yang disebut dengan Final Communique.
Perkembangan lain yang perlu dicatat dalam KTT yang kedua adalah diadakannya
dialog dengan negara-negara sahabat yakni Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Dialog ini mempunyai arti penting, di samping memberikan keuntungan di bidang
ekonomi, juga telah memperkuat posisi ASEAN di mata dunia Internasional.
BAB VI
MASALAH NETRALISASI ASIA TENGGARA
- Konsep Netralisasi
Masalah netralisasi Asia Tenggara,
dewasa ini menjadi popular.Hal ini terjadi setelah serangkaian peristiwa di
Indocina yang dapat menimbulkan citra bahwa kawasan Asia Tenggara dalam posisi
kurang stabil.Amerika Serikat yang berpangkal di Vietnam Selatan adalah satu
hambatan nyata bagi terwujudnya gagasan netralitas Asia Tenggara.
Dalam tahun 1979 wakil PM Vietnam Nguyen Duy Trinh megadakan
kunjungan kenegara-negara Asia Tenggara.Kunjungan ini telah menarik perhatian
dari berbagai pihak.Karena kunjungan ini dapat dipandang sebagai taktik untuk
memperluas pengaruh komunisnya. Dalam kunjungannya telah dibicarakan berbagai
masalah yang antara lain soal netralitas Asia Tenggara.
Gagasan mengenai Netralisasi Asia
Tenggara muncul dan berkembang secara formal dan luas, terutama pada waktu
diselenggarakan KAA di Bandung pada tahun 1955.Waktu ini merukanan waktu
peletakan dasar ide-ide pelaksanaan Netralisasi Asia Tenggara.Pada KAA
disepakati keputusan yang lebih dikenal dengan Dasasila Bandung, yang
disepakati oleh 29 negara Asia dan Afrika. Kemudian untuk mengaktualisir dan
memperbaharui semangat Dasasila Bandung, khususnya berkenaan dengan kawasan
Asia Tenggara, maka negara-negara anggota ASEAN dalam deklarasi Kualalumpur
tanggal 27 November 1971 mengeluarkan keputusan yang inti pokoknya ingin
melanjutkan cita-cita dan semangan Dasasila Bandung. ASEAN juga bertekand untuk
menjadikan Asia Tenggara sebagai ZOPFAN.
Kata bebas lebih cenderung diartikan sebagai bebas
bertangguang jawab, yakni bebas yang bersumber pada kesadaran untuk selalu
menghormati prinsip-prinsip peaceful coexistence dengan negara-negara
lain, terutama negara-negara tetangga apalagi masing-masing negara mempunyai
poeksosbud yang beralainan.Oleh karena itu Netralisasi Asia Tenggara
dimaksudkan membendung kekuatan disitegrasi dari luar dan mengembangkan
kekuatan integrasi dari dalam.
Pengaruh Negara-negara Besar
Konsep Netralisasi Asia Tenggara
masih banyak menghadapi tantangan yang cukup berat, hal ini disebabkan karena
adanya tekanan-tekanan pengaruh dari negara-negara besar. Masing-masing
negara-negara besar memiliki konsepsi politik luar negeri dan kepentingannya
hampir sama terhadap negara-negara di Asia Tenggara hanya saja caranya yang
berbeda.
Amerika Serikat
Setelah PD II, tahun 1949 pemerintah
Cina Nasionalis jatuh dan digantikan oleh pemerintahan Komunis. Dengan
perkembangan ini maka Amerika Serikat mulai khawatir apabila pengaruh Komunis
akan berkembang ke arah Selatan. Dengan demikian AS akan kehilangan posisinya
di Asia Tenggara dan akan dipaksa kembali ke garis intersnya yaitu Hanoi.
Alasan inilah yang mendorong AS membentuk suatu garis pertahanan yang
membentang dari Saigon sampai Muangthai.Konsep politik Containment policy
dan teori domino menjadi konsep dan motivasi yang diunggulkan.
Untuk mencapai global strategi di
bidang militer dan ekonomi, maka AS harus mampu memainkan peranan di dalam
kebijaksanaan luar negerinya di Asia Tenggara.Terdapat tiga kemungkinan bagi AS
untuk memainkan peranannya di Asia Tenggara.Pertama adalaha menciptakan
kestabilan sambil menguasai dan memabwa Asia Tenggara ke dalam pengaruh AS.Kedua
adalah ikut serta menstabilkan wilayah itu bersama-sama bangsa Asia Tenggara
dengan mengimbangi usah Uni Soviet yang ingin mempengaruhi daerah tersebut,
tetapi tidak berusaha memebawanya ke dalam lingkup pengaruh ASEAN. Ketiga mengikuti
keinginan ASEAN menciptkanan wilayah bebas, aman damai, dan netral.Kemungkinan
ketiga inilah yang agak sulit terlaksana secara sempurna mengingat bahwa
interes yang saling berbenturan dari negara-negara besar.
Ambisi RRC
Sejak 1 Oktober 1949, Cina berubah
karena Cina Nasionalis telah berahsil diusir dari daratan Cina dan digantikan
oleh kekuatan Komunis yang ditandai dengan berdirinya RRC. Dengan alasan
membantu “perang pembebasan nasional” RRC melakukan intervensi di Asia
Tenggara, antara lain dengan membantu kaum komunis di berbagai kawasan Asia
Tenggara.
Pengaruh Jepang
Setelah kalah dalam perang Pasifik,
dalam waktu singkat Jepang bangkit kembali sebagai bangsa yang mempunyai
kekuatan ekonomi yang sangat menajubkan dunia Internasional. Di Asia Tenggara,
Jepang menitikberatkan perhatiannya disektor ekonomi. Barang-barang produksi
Jepang membanjiri wilayah Asia Tenggara. Tetapi industri Jepang sangat
tergantung dari komoditi import seperti minyak, gas alam, temabaga dan
lain-lain. Barang-barang ini dalam jumlah besar harus diperoleh dari Asia
Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia.Dalam melaksanakan politik luar
negerinya Jepang memainkan Sympathetic diplomatic dan memainkan peranan
dalam membantu dan kerjasama ekonomi diwilayah Asia Tenggra.
Pengaruh Uni Soviet
Tahun 1956 Uni Soviet merubah
pelaksanaan politik luar negerinya dan disampaikan dalam konggres Partai
Komunis ke-20 dengan sebuatan politik Peaceful Coexistence Policy.Kebijakan
ini pada prinsipnya mengatakan bahwa system kapitalisme dan system sosialis
dapat hidup berdampingan dalam kondisi persaingan.
Setelah Indocina jatuh ketangan
komunis dan didominir oleh Vietnam, pengaruh AS berkurang, dan kesempatan ini
dimanfaatkan oleh Uni Soviet untuk mengintensifkan usahanya untuk memperluas
pengaruhnya di Asia Tenggara.Keterlibatan negara-negara besar didorong oleh
ambisi dan keinginan politik luar negerinya, hal ini merupakn penghambat bagi
terciptanya netralisasi Asia Temggara. Sedangkan
di Asia Tenggara sendiri muncul persoalan-persoalan yang ditimbulkan karena
adanya saling curiga antara negara-negara Indocina dengan ASEAN.Indocina
beranggapan bahwa ASEAN sebagai persekutuan di Asia Tenggara yang didukung oleh
AS dan memiliki potensi membahayakan Indocina.Sedangkan ASEAN sebagai
perkumpulan non komunis menilai pihak Indocina sebagai pendukung penyebar
gerakan Komunisme yang tersebar di berbagai daerah di Asia Tenggara.Kesemuanya
adalah kerikil tajam dan batu sandungan dalam menciptakan Netralisasi Asia
Tenggara.
BAB VII
MASALAH KAMBOJA
- Konflik Vietnam-Kamboja
Konflik Vietnam-Kamboja semakin kritis.Pertempuran demi
pertempuran terus berlangsung demi mempertahankan kebenaran
masing-masing.Perkembangan tersebut dimanfaatkan oleh Vietnam yang merasa lebih
kuat untuk mewujudkan ambisinya, yakni menguasai Kamboja secara penuh.ambisi
ini semakin serius setelah melihat keadaan dalam negeri Kamboja yang semakin
kacau akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Pol Pot. Tanggal 7
Januari 1979 rezim Pol Pot jauh dan Kamboja dikendalikan oleh tentara Vietnam
dengan pemimpinnya Heng Samrin sebagai penguasa Kamboja.
Jatuhnya
rezim Pol Pot menimbulkan gelombang protes dari berbagai pihak, terutama dari
negara-negara tetangga, ASEAN sebab peristiwa itu dinilai sebagai pelanggaran
kedaulatan dan integritas Kamboja.Tetapi Vietnam berdalih bahwa tindakannya
adalah usaha keamanan, karena Kamboja telah melakukan pelanggaran perbatasan
dan melakukan pembunuhan terhadap penduduk sipil Vietnam yang berada di
perbatasan.
2.
Konferensi Internasional
Serangan tentara Vietnam dan munculnya Heng Samrin sebagai
penguasa Kamboja, ternyata telah melahirkan masalah Kamboja yang terus
berkepanjangan.Hal inilah yang menyebabkan konflik antara Vietnam dengan
negara-negara anggoata ASEAN, terutama dalam startegi dan konsep politiknya.Hal
ini membawa keadaan Asia Tenggara menjadi tidak menentu.Karena akibat kekacauan
Indocina, maka semakin meningkat jumlah para pengungsi yang terus membanjiri
negara tentangga dan menyebabkan perbatasan menjadi semakin rawan.Oleh karena
itu ASEAN sebagai subregional di kawasan Asia tenggara, secara terus menerus
berupaya agar pasukan Vietnam ditarik mundur dari Kamboja.Hal itu dilakukan
untuk mengembalikan stabilitas nasional Kamboja.
Berbagai
langkah diplomasi tealah dilakukan, tetapi Vietnam masih tetap saja menempatkan
sekitar 200.000 pasukan di Kamboja.Satu-satunya hasil penting adalah
dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBB no.35 bulan Oktober 1980, yang isinya
agar Vietnam menarik pasukannya dari wilayah Kamboja. Sebagai kelanjutan dari
usaha diplomasi melalui forum PBB ini, kemudian ASEAN mengusulkan akan
dilaksanakan Konferensi Internasioanal mengenai Kamboja.
Dengan sponsor PBB, pada tanggal 13-17 juli 1981 di New York
dilangsungkan Konferensi Internasional mengenai kamboja. Konferensi ini
diketuai oleh Menlu Austria Willibald Pahr, dengan dihadiri 92 negera (72
peserta dan 13 negara sebagai peninjau).Maksud dari konferensi ini adalah
mengusahakan suatu penyelesaian politik secara menyeluruh bagi konflik Kamboja.
Dalam
konferensi tersebut ASEAN mengusulkan rancangan penyelesaian secara politis
yang telah dirumuskan tanggal 17-18 Juni 1981 di manila. Rancanagan itu terdiri
dari beberapa pasal yang penting diantaranya:
1)
Menyerukan penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja
2)
Diselenggarakan pemilihan yang bebas dengan pengawasan PBB
3)
Dijaminya kemerdekaan, kedaulatan dan integritas nasional serta status non blok
Kamboja oleh negara lain, termasuk DK PBB, negara-negara Asia Tenggaradan
negara lain yang bersangkutan.
4)
Pelucutan senjata bagi semau pihak yang bersengketa
5)
Dibentuk semacam badan/panitia yang akan meneruskan lebih lanjut hasil-hasil
konferensi tersebut.
Konferensi berakhir dengan mengeluarkan 15 pasal yang berisi
kerangka kerja bagi proses penyelesaian konflik Kamboja. Menaggapi hasil
konferensi, Vietnam secara tegas menolaknya.Surat kabar Nhan-Dhan melaporkan
bahwaa konferensi tersebut sudah dimanipulasi oleh negara imperialis AS dan
negara ekspansionis RRC sebagai tindakan balas dendam atas kekalahannya di
Indocina.
3.
Terbentuknya Koalisi Longgar
Penolakan Vietnam dan Uni Soviet dalam konferensi sudah
diduga sebelumnya bahwa mereka tidak akan hadir dan menyetujui hasil
konferensi. Hal ini membuktikan bahwa masih sulit untuk menyelesaikan masalh
Kamboja secara tuntas.
Terdapat
tiga kelompok penting yang loerlu dicatat dalam kaitannya dengan gerakannya
melawan Vietnam di Kamboja.Pertama adalah Khmer Merah yang berhaluan
Komunis di bawah pimpinan Kieu shampan, Pol Pot, dan Ieng Sary.Kedua,
kelompok non komunis dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Kamboja Son Sann.Ketiga,
adalah kelompok netralis Moulinaka pimpinan mantan Kepala Negara Kamboja
pangeran Norodom Sihanouk.
Ketiga kelompok tersebut nampak ingin mengadakan
kontak-kontak politis dalam rangka bersama-sama menentang rezim Heng
Samrin.Kemudian pada tanggal 4 September 1981 di Singapura terjadi pertemuan
pemimpin-pemimpin gerakan anti Vietnam, Kieu Shampan dari Khmer Merah, Son Sann
dari non Komunis, dan Norodom Sihanouk golongan netral.Pertemuan tersebut
menghasilkan terbentuknya Front Anti Vietnam dan menunjuk Son Sann sebagai
pemimpinnya.Atas bantuan Singapura dan Malaysia Front Anti Vietnam seamkin
ditingkatkan dan akhirnya lahirlah koalisi yang terkenal dengan sebutan
“Koalisi Longgar”.
Ternyata
terbentunya Koalisi longgarpun belum bisa menyelesaikan Konflik di Kamboja.Hal
itu terjadi karean ketiga pemimpin tersebut berbeda pendapat dalam mengambil
sebuah keputusan.Tersiar kabar bahwa November 1981 Son Sann mengundurkan diri
dari koalisi karena tidak terpenuhinya tuntutan mayoritas koalisi.Selanjutnya
Khmer Merah menuduh kedua teman koalisinya menyebarkan kesan bahwa Khmer merah
adalalah Komunis dan mereka adalah Nasioanalis.Hal ini jusutru mempertajam
konflik ideology di Kamboja dan hanya mementingkan kepentingan kelompoknya
masing-masing.